Berkali-kali “ditusuk” Ahmad Ali Tidak “Mati”

OPINI
Bagikan ke :

Oleh: Ari Fahry, S.I.Kom, M.I.Kom

Tampilnya Ahmad Ali dalam kontestasi Pilkada Sulawesi Tengah menambah semarak ajang 5 tahunan ini. Berkali-kali Ahmad Ali sebenarnya ingin maju dalam pemilihan kepala daerah Gubernur Sulawesi Tengah, setiap kali niatan itu muncul, selalu saja ada faktor lain yang membuatnya mengurungkan niatan itu. Terakhir, pada tahun 2020 silam, Ahmad Ali mendukung Rusdi Mastura sebagai calon Gubernur berpasangan dengan Ma’mun Amir.

Hadirnya Ahmad Ali dalam pilkada 2024 ini menjadi menarik, sebab politisi asal Morowali itu berhadapan dengan dua kontestan yang memiliki sejarah dekat dengannya. Anwar Hafid, mantan Bupati Morowali dua periode itu merupakan kerabat yang pernah diusungnya di Morowali juga pernah saling berhadapan pada periode kedua. Sementara Rusdi Mastura, adalah Gubernur yang berhasil diusung oleh Ahmad Ali pada pilkada 2020 silam.

Ahmad Ali tentu mahfum, bahwa dalam politik, tak ada teman dan musuh yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Menariknya, dalam banyak kesempatan adagium itu sepertinya tidak berlaku bagi Ahmad Ali, ia sering mengatakan bahwa Rusdi Mastura yang hari ini merupakan kompetitornya adalah kakak dan guru politiknya. Sikapnya pada mantan walikota Palu itu tidak bergeser sesenti pun, ia tetap menaruh hormat pada Ka Cudi, sapaan akrab Rusdi Mastura.

Sejak mengumumkan akan ikut dalam kompetisi pemilihan kepala daerah, serangan pada Ahmad Ali seperti tak henti-hentinya datang. Serangan pertama muncul ketika ia coba di-framing sebagai kapitalis yang coba menjadikan Rusdi Mastura boneka di kepemimpinannya. Tak berhenti disitu, Ahmad Ali bahkan pernah disebut zalim di forum yang mestinya kata-kata tak sopan itu sangat tak etis diucapkan. Putra Wosu ini tak ambil peduli, ia tak membalas tuduhan-tuduhan padanya, ia bahkan menyampaikan nanti waktulah yang akan menjawab tuduhan-tuduhan itu.

Upaya mematikan karakter Ahmad Ali dilakukan bertubi-tubi, seorang yang konon tokoh adat Parigi pernah coba mengulimatum Ahmad Ali, video yang telah mengarah pada fitnah itu akhirnya berujung dengan permintaan maaf. Gesture dan gaya bersalaman Ahmad Ali bahkan coba diframing sebagai gesture pribadi yang angkuh dan sombong. Pada kunjungan Ahmad Ali di Parigi, potongan video Ahmad Ali yang menyalami warga disebar luaskan dengan narasi sombong, sebab tak memberi perhatian pada warga yang menyodorkan tangan untuk bersalaman dengannya. Sekali lagi upaya itu berakhir setelah Ahmad Ali menjawabnya dengan sebuah video parodi lengkap dengan pemeran asli warga yang menyodorkan tangannya. Netizen akhirnya paham situasi sesungguhnya video murahan yang coba menjatuhkan Ahmad Ali.

Jelang menit-menit akhir waktu pemilihan, publik Sulawesi Tengah kembali diramaikan dengan peristiwa salaman Ahmad Ali yang disambut dengan emosi dan marah-marah Rusdi Mastura. Dalam video video tersebut, Ahmad Ali yang baru tiba di lokasi debat melihat Rusdi Mastura tengah duduk di sofa merah menanti debat kandidat putaran dua. Sebagai junior, Ahmad Ali menghampiri sembari memberi hormat pada tokoh yang dihormatinya itu. Politisi Nasdem ini tak menyangkan mendapat sambutan tak mengenakan, ia bahkan bertanya gerangan sebab Rusdi Mastura yang marah padanya. Sekali lagi, Ahmad Ali memperlihatkan kebesaran jiwanya sebagai tokoh yang telah selesai dengan intrik-intrik politik seperti ini. Ketua IKA Untad ini menunjukan karakter dirinya yang tak tumbang dengan serang-serangan yang dialamatkan padanya. Berkali-kali coba “ditusuk” Ahmad Ali tak mati. Berkali-kali coba “dibunuh” survey Ahmad Ali malah melejit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *